Sunday, May 21, 2017

Makalah Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Dalam Perspektif Islam


MAKALAH
ILMU KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM
(Guna memenuhi tugas Bahasa Indonesia yang diampu oleh Bapak Ahmad Wahyu Hariyanto, S. Pd)
Disusun oleh : Indah Nurul Lestari
Izzatun Nisa’
Khana Fitriya
Luthfiah Nur Rizkiya
Luthfiah Apriliani.
Nurul Bidayah,
Puji Astutik.
Nilna Maulidatul Wafa.
Nur Hikmah.
Uswatun Khasanah Fidlatur Rohmah.
Erna Ervianti
                       
MA MATHOLI’UL HUDA BUGEL
KEDUNG JEPARA
TP 2012/2013

KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayahnya kepada penulis karena bisa menyelesaikan masalah ini.
            Tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia yang di ampuh oleh Bapak Ahmad Wahyu Hariyanto, S.Pd.
            Keberhasilan pembuatan makalah ini tidak terlepas dari bantuanberbagai pihak. Maka dari itu, pada kesmpatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Bapak K.H. Ahmad Mawardi, selaku ketua yayasan matholi’ul Huda Bugel
2.      Bpak Drs. Mashadi Fasja, selaku kepala sekolah MA Matholi’ul Huda Bugel.
3.      Bapak Wahyu Hariyanto, S.Pd. Selaku guru pengampuh Bahasa Indonesia.
Penulis menyadari masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan keritik dan sarannya yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman, penulis dan phak lainnya.


                                                                                    Jepara,…. Februari 2013

                                                                                                Penulis




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan pada makhluk hidup guna memfungsikan seluruh organ tubuhnya secara harmonis. Majlis Ulama’ Indonesia ( MUI ) merumuskan kesehatan sebagai ketahanan jasmani, rohani, dan sosial yang dimiliki sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan ( tuntunannya ), memelihara dan mengembangkannya.
Kebanyakan saat ini orang-orang memahami ajaran-ajaran islam dari aspek ibadah ritualnya saja, padahal disisi lain ibadah yang kita lakukan ada unsur mencegah datangnya penyakit. Seperti solat, puasa, dan lain-lain . Kesehatan adalah sebagai mahkota bagi kehidupan manusia yang harus dijaga. Nabi Muhammad SAW penah mengatakan “ Mencegah datangnya penyakit lebih baik daripada mengobatinya “, melihat dengan perkembangan zaman cara pengobatan didekatkan dengan hal yang haram. Kita sebagai umat muslim harus berpegang teguh pada ajaran agama islam dalam hal apapun, termasuk cara pengobatan selagi masih ada yang halal
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada di atas dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut : “ Bagaimana ilmu kesehatan dalam perspektif islam? “
C.    Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah mendiskripsikan dan menjelaskan ilmu kesehatan dalam perspektif islam.
D.    Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa dalam mencegah dan mengobati penyakit dengan cara-cara yang halalsesuai dengan ajaran agama islam.
E.     Sistematika
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Pembahasan
BAB III : Penutup


BAB II
PEMBAHASAN
ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM
            Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya adalah untuk memelihara agama, jiwa, akal, harta dan keturunan. Lima hal ini dalam kaidah ushuliyah biasa dikenal dengan mabadiul khomsah, atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan  maqasid asy-syari’ah, atau dalam bahasa Indonesia disebut tujuan hukum islam/syari’at.
            Setidaknya tiga dari yang disebut di atas berkaitan dengan disiplin ilmu keperawatan  dan kesehatan. Tidak heran jika ditemukan bahwa islam sangat kaya dengan tuntunan kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek berikut.  
1.      Wahyu pertama yang diturunkan adalah Surah Al-‘Alaq.   
2.      Wahyu berikutnya adalah Surah Al-Muddatstsir yang di dalamnya diungkap tentag kebersihan   
3.      Ada dua istilah dalam literatur keagamaan yang digunakan untuk menunjuk tentang pentingnya kesehatan dalam pandangan islam, yaitu sehat dan afiat, yang dalam bahasa Indonesia sering menjadi kata majemuk “ sehat wal afiat “.
Dalam bahasa Indonesia, sehat dan afiat sering menjadi kata majemuk, yakni sehat wal afiat (sehat afiat). Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata sehat dipersamakan dengan afiat. Afiat sendiri diartekan sehat dan kuat, sedangkan sehat antara lain diartikan sebagai keadaan segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit).
Tentu pengertian kebahasaan ini berbeda dengan pengertian dalam tinjauan ilmu kesehatan, yang memperkenalkan istilah-istilah kesehatan fisik, kesehatan mental , dan kesehatan masyarakat.
Istilah sehat dan afiat masing-masing digunakan untuk makna yang berbeda, kendati diakui tidak jarang hanya disebut salah satunya (secara berdiri sendiri) karena masing-masing kata tersebut dapat mewakili makna yang dikandung oleh kata yang tidak disebut.
Pakar bahasa Al-qur’an dapat memahami dari ungkapan “sehat wal afiat”, bahwa kata sehat berbeda dengan kata afiat, karena wa yang berarti “dan” adalah kata penghubung yang sekaligus menunjukkan adanya perbedaan antara yang disebut pertama (sehat) dan yang disebut kedua (afiat). Atas dasar itu dipahami adanya perbedaan makna di antara keduanya.
Dalam literatur keagamaan, bahkan dalam hadis-hadis nabi SAW, ditemukan sekian banyak doa yang mengandung permohonan afiat disamping permohonan memperoleh sehat.
Dalam hal ini Rasulullah SAW barsabda :
اسأ لوالله العفووالعا فية فان احدا لم يعط بعد اليقين خيرا من العا فية
Mintalah ampunan dan keselamatan pada Allah, sebab tidaklah seorang diberi sesuatu setelah keyakinan, yang lebih dari keselamatan. (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)
Salah satu doa yang biasa dibaca oleh beliau adalah
اني أسا لك العفو والعا فية في دنياي وديني واهلي ومالي
Ya Allah aku memohon kepada-Mu penjagaan dan keselamatan dalam urusan dunia dan agamaku, keluarga dan hartaku. (HR. Al Bazzar dari Ibnu Abbas)
Dalam literatur fikih islam, hampir dapat dipastikan bahwa semua kitab-kitab referensi fikih pasti membahas masalah kesehatan dan kebersihan. Baik yang berkaitan dengan kebersihan fisik maupun mental. Bahkan setiap kitab fikih hampir dapat dipastikan selalu mengawali pembahasan bab pertamanya dengan menguraikan thaharah (bersuci), dan yang berkaitan dengannya.
Dalam kamus bahasa Arab, kata afiat diartikan sebagai perlindungan Allah untuk hamba-Nya dari segala macam bencana dan tipu daya. Perlindungan itu tentunya tidak diperolehsecara sempurna kecuali bagi mereka yang mengindahkan petunjuk-petunjuk-Nya. Maka kata afiat dapat diartikan sebagai berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaan.
Kalau sehat diartikan sebagai keadaan baik segenap anggota badan, maka agaknya dapat dikatakan bahwa mata yang sehat adalah mata yang dapat melihat maupun membaca tanpa menggunakan kacamata. Tetapi mata yang afiat adalah yang dapat melihat dan membaca objek-objekyang bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari objek-objek yang terlarang, karena itulah fungsi yang diharapkan dari penciptaan mata.
A.    PENGERTIAN SEHAT.
Telah disinggung bahwa dalam tinjauan ilmu kesehatan dikenal berbagai jenis kesehatan, yang diakui oleh pakar-pakar islam. Ada beberapa rumusan tentang kesehatan, antara lain sebagi berikut.
Menurut WHO (world Health Organization) sehat adalah kondisi manusia, baik jasmani, ruhani ataupun akal, social dan bukan semata-mata memberantas penyakit.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah nasional tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai ketahanan jasmani, ruhani, dan social yang di miliki manusia sebagai karunia Allah yang wajib di syukuri dengan mengamalkan (tuntunan-Nya), dan memelihara serta mengembangkanya.
Kesehatan adalah keadaan pada mahluk hidup, guna mengfungsikan seluruh organ tubuhnyasecara harminis. Untuk manusia pengertian kesehatan dapat di artikan kesempurnaan keadaan jasmani, ruhani, dan social.
Bab-bab pokok yang terkadang dalam syariah islam tentang kesehatan adalah sebagai berikut.
1.      Sanitation and personal hygiene (Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Perorangan)
Hal tersebut meliputi kebersihan badan, tangan, gigi, kuku dan rambut. Demikian juga kebersihan lingkungan jalan, rumah, tata kota, saluran irigasi, sumur dan tebing-tebingnya.
2.      Epidemiologi (Preventif Penyakit Menular)
Hal tersebut dilakukan melalui karantina, pemeliharaan kesehatan, tidak memasuki daerah yang terjangkit wabah penyakit juga tidak keluar dari tempat tersebut, mencuci tangan sebelum menjenguk orang sakit dan sesudahnya, berobat ke dokter dan mengikuti semua petunjuk preventif dan terapinya.
3.      Memerangi binatang malata, serangga, dan hewan yang menularkan penyakit. Karenanya di perintahkan untuk membunuh tikus, kalajengking dan musang,  serta membunuh serangga yang berbahaya seperti catak, kutu, dan lalat.

4.      Nutrition (Kesehatan Makanan)
Masalah ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
a.       Menu makanan yang ber faedah terhadap kesehatan jasmani, seperti tumbuh-tumbuhan, daging binatang darat, daging binatang laut, segala sesuatu yang di hasilkan dari daging, madu, kurma, susu, dan semua yang bergizi.
b.      Tata Makanan. Islam melarang yang berlebih lebihan dalam hal makanan, makan bukan karena lapar hingga kekenyangan , diet ketika sedang sakit, diperintahkan berpuasa agar usus dan perut besarnya  dapat beristirahat dan tidak berbuka puasa dengan berlebih lebihan atau melampaui batas.
c.       Mengharamkan segala sesuatu yang berbahaya bagi kesehatan, seperti bangkai, darah, dan daging babi.
5.      Sex Hygine (Kesehatan seks)
Hal ini meliputi hal-hal yang berhubungan dengan seks, embrio dan pengembangannya, pendidikan seks, cara memilih istri dan program pendidikan tentang seks yang aman. Demikian juga tentang kebersihan seks, seperti mandi setelah bersetubuh, istinja’ (bersuci) setelah kencing dan buang air besar, tidak menggauli istri ketika sedang haid, tidak melalukan oerzinaan, homoseks dan onani. Diperbolehkan talak dan poligami dalam perspektif kesehatan bagi orang yang mampu.
6.      Mental and Psychic Hygiene (Kesehatan Mental Dan Jasmani)
Yakin ajaran-ajaran yang dapat digunakan untuk mencegak sebab terjadinya stress. Untuk iti Islam menganjurkan Iman (percaya) kepada Allah dan bersabar dalam menghadapi berbagai penyakit yang kritis, tidak putus asa (bunuh diri), kehilangan kepercayaan atau zalim. Demikian juga islam mengajarkan untuk tolong-menolong, kasih mengasihi sesame untuk meringankan beban hidupnya. Islam melarang segala sesuatuyang dapat merusak tatanan masyarakat seperti judu, riba, dan yang menimbulkan keributan. Islam juga melarang segala yang dapat menghilangkan kesadaran dan intuisi seperti khamr (minuman keras), dan sebagainya.

7.      Body bulding (bina raga)
Islam mendorong umatnya untuk memiliki keterampilan dan olahraga, seperti menunggang kuda, renang, memanah, gulat, dan perlombaan dengan segala macam olahraga yang bermanfaat.
8.      Occupational medicine (Kesehatan Kerja)
Yang dimaksud dengan Occupational medicine (kesehatan kerja) yaitu untuk jaminan menjaga upah kerja, pertanian, atau membantu rumah tangga, menjaga buruh dari hal-hal yang membahayakan dalam bekerja, termasuk proses pengobatan, penyembuhan, tempat tinggal yang sehat, batas jam kerja, uang lembur pada setiap penambahan jam kerja dan memberinya upah sebelum kering keringatnya.
9.      Geriatis (memelihara manula)
Geriatis merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran modern. Kedokteran Islam sebenarnya yang pertama kali mempromosikannya. Banyak ayat-ayat Alquran dan sunah Rasulullah agar memelihara ayah, ibu, nenek, dan orang-orang yang telah lanjut usia, menghormati kekurangan mereka, sabar terhadap mereka ter lebih-lebih dalam keadaan sakit. Orang pertama yang menulis masalah ini adalahibnu sina dalam sebuah karyanya Al-Qonum di bawah subbab Thibb Al-Musinin wa Asy-syuyukh (pemeliharaan orang-orang manula dan orang jompo).
10.  Maternal and child health (Kesehatan Ibu dan Anak)
Yang di kehendaki dengan Maternal and child health  adalah pemeliharaan kesehatan ibu secara umum, ibu yang sedfang hamil atau yang sedang menyusui anak-nya, tidak membebaninya dengan tugas-tugas yang beratsebagai mana laki-laki, tidak member tugas berperang di medan laga. Islam menganggap menyusui merupakan suatu perjuangan sama halnya dengan jihad kaum pria, sedangklan mati ketika sedang menyusui anak sama dengan orang yang mati syahid di medan pertempuran. Demi kesehatan anak, dan untuk membagi jarak kelahiran, biasanya menyusui dilakukan sepanjang tahun penuh.
11.  Peraturan-peraturan untuk Melayani Kesehatan dan Dispensasi Pelayanan
Islam adalah agama pertama yang memerintahkan agar tidak menyerahkan perawatan kesehatan kecuali kepada orang yang ahli. Siapa yang merawat kesehatan bukan kepada ahlinya maka ia disalahkan dan bertangung jawab terhadap malpraktik yang diakibatkanya. Islam menghendaki keahlian (professional), mendorong untuk mengutamakan ilmu medis, pengobatan, dan dokter, serta tidak membatasi dengan doa dan mantra untuk menyembuhkan penyakit.

B.     KARAKTERISTIK PENGOBATAN DALAM ISLAM
Sesuai dengan sepirit ajaran islam yang tertuang dalam Alqurandan sunnah, karakteristik dalam islam dapat di uraikan sebagai berikut.
1.      Ketundukan terhadap ajaran dan moralitas Islam.
2.      Keharusan bersikap logis dan rasional dalam menjalaninya.
3.      Keharusan  memahami secara komprehensif dengan memberikan perhatian fisik, akal, dan jiwa.
4.      Keharusan bersifat gelobal (mendunia) dalam praktik penanganannya dengan mempertimbangkan berbagai sumber dan mengorientasikannya kemanfaatannya untuk segala lapisan masyarakat.
5.      Keharusan bersifat ilmiah dalam metodologinya dengan mendasarkan konklusi-konklusi logisnya pada hasil-hasil observasi yang valid, statistic yang akurat, dan experiment yang objektif (dapat dipertanggung jawabkan).
6.      Keharusan sifat unik dan istimewa, dengan memberikan solusi terhadap masalah yang tidak dapat di selesaikan dengan metode pengobatan yang lain.
C.     ALQURAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN / PENJAGAAN KESEHATAN.
Allah berfirman :



Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (QS. Al-Isra’ (17):82)


Di srah lain Allah berfirman :

Allah telah menurunkan Perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun. (QS. Az-Zumar (39):23)
Dr. Ahmad Al-Qadhi, Direktur utama Islamic Medicine for Education and Research yang berpusat di Amerika sekaligus konsultan ahli sebuah klinik di Panama City, Florida Amerika Serikat telah melakukan penelitian tentang pengaruh AlQuran pada manusia dalam perspektif fisiologi dan psikologis yang terbagi dalam dua tahapan. Tahapan p[ertama bertujuan untuk menentukan kemungkinan adanya pengaruh Alquran pada fungsi organ tubuh sekaligus mengukur intensitas pengaruhnya jika ada. Hasil eksperimen pertama ini membuktikan  bahwa 97% responden, baik muslim maupun non muslim, baik yang mengerti bahasa arab maupun tidak, mengalami beberapa perubahan fisiologis yang menunjukkan tingkat ketegangan urat syaraf reflektif. Hasilnya membuktikan bahwa Alquran memiliki pengaruh yang mampu merelaksasi ketegangan uraat syaraf tersebut. Fakta ini secara tepat terekam dalam system detector elektronik yang didukung computer guna mengukur perubahan apapun dalam fisiologi (organ) tubuh.
            Dari penelitian tersebut juga di ketahui bahwa ketegangan urat syaraf berpotensi mengurangi daya tahan tubuh yang disebabkan tergangunya keseimbangan fungsi organ dalam tubuh untuk melawan sakit atau membantu proses penyembuhan.
            Sementar itu, eksperimen tahap kedua di arahkan guna mengetahui apakah efek relaksasi yang ditimbulkan Alquran pada ketegangan syaraf beserta perubahan-perubahan fisiologis yang mengiringi benar-benar disebabkan oleh kalimat-kalimat Alquran sendiri secara definitive, tanpa memandang apakah kalimat-kalimat itu dapat dipahami oleh pendengar atau tidak.
            Dalam metode tersebut, para responden nonmuslim yang tidak memahami bahasa arab (nonaktive speaker) memperdengarkan bacaan Alquran dan bacaan teks bahasa arab yang dilantunkan dengan kesamaan instrumental dari aspek lafal, bentuk dan melodi sehingga para responden tidak bias membedakan keduanya karena memang mereka buta sama sekali dengan bahasa Arab. Dan ternyata hasilnya cukup positif. Eksperimen penyimakan bacaan dalam Alquran menunjukkan hasil positif hingga 65%. Halite berarti bahwa voltase listrik pada otot relative menurun, sehingga mengindikasikan adanya efek relaksasi Alquran pada stress. Sementara pada bacaan bahasa arab. Non-Alquran, pengaruh ini hanya terlihat 33% saja.
            Untuk melakukan hasil ini, pengulangan pun dilakukan pada sejumlah responden dengan melalukan perubahan ulang urutan bacaan dengan bacaan non-Alquran, dan ternyata hasilnya tetap positif.
            Hasil penelitian Quranik yang dilakukan oleh Dr. Ahmad Al-Qadhi dalam kajian ini menunjukkan bahwa Alquran memiliki pengaruh positif yang cukup signifikan dalam menurunkan ketegangan (stres), dan ia bias dicatat dan di ukur secara kuantitatif maupun kualitatif. Pengaruh tersebut tampak dalam perubahan-perubahan yang terjadi pada arus listrik otot, juga perubahan pada daya tangkapkulit terhadap konduksi listrik, perubahan pada sirkulasi darah, serta perubahan pada detak jantung, kadar darah yang mengalir pad kulit dan suhu kulit yang kesemuanya saling terkait dan parallel dengan perubahan-perubahan aspek lain.
            Semua perubahan ini menunjukkan adanya perubahan fungsi dan kinerja system syaraf otomatik (reflektif) yang lebih lanjut berpengaruh pada organ-organ tubuh yang lain berserta fungsi-fungsinya. Karena itu ditemukan adanya kemungkinan-kemungkinan tak terbatas pada pengaruh-pengaruh fisiologis yang bias dihasilkan Alquran.
            Selain itu, sudah maklum adanya bahwa stress berpotensi menurunkan imunitas (daya kekebalan) tubuh, kemungkinan halite disebabkan oleh sekresi cortizol atau zat lain sebagai reaksi antara system syaraf dan system kelanjar endokrin (endocrine gland). Untuk itu, bias diambil hipotesa bahwa efek relaksasi Alquran bagi stress dapat berpotensi mengaktifkan fungsi daya tahan tubuh yang berperan besar dalam melawan penyakit atau membantu proses penyembuhan. Hal itu dapat terjadi pada penyakit-penyakit ganguan pencernaan, infeksi, kangker dan lain sebagainya.
            Hal demikian menunjukkan bahwakalimat-kalimat Alqueran sendiri memiliki pengaruh fisiologis yang bisa meredakan ketegangan otot pada tubuh, tanpa harus mengetahui makna dari kata-kata itu sendiri.
D.    UPAYA MEMPEROLEH KESEHATAN
Banyak sekali tuntunan agama baik dalam Alquran maupun hadist Nabi yang merujuk kepada ketiga jenis kesehatan (kesehatan jasmani, ruhani, dan social). Upaya intuk memperoleh kesehatan tersebut dapat di lakukan dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuaratif, dan rehabilitatif.
1.      Upaya Promotif
Upaya promotif dibidang kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kondisi dari yang sudah baik atau sehat menjadi lebih sehat. Upaya promotif ini tercermin dari ayat yang menjelaskan bahwa manusia dilarang menjatuhkan diri atau merusak diri, baik jasmani maupun ruhani. Artinya manusia wajib memelihara kesehatan dan bahkan meningkatkannya.
Allah berfirman :
Ÿ
Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan (QS. Al-Baqarah(2): 195)
Rasulullah Muhammad SAW Bersabda :

Sesunguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu. (HR. Al-Bukhari)
Demikian nabi Muhammad SAW menegur sahabatnya yang bermaksud melampaui batas beribadah, sehingga kebutuhan jasmaninya terabaikan dan kesehatannya terganggu.

2.      Upaya Preventif
a.       Menjaga Kesehatan
Upaya preventif adalah upaya mencegah atau melindungidari terjadinya penyakit.
Kesehatan itu adalah mahkota bagi kesehatan manusia yang harus dilestarikan. Melepaskan mahkota kesehatan berarti menjerumuskan hidupnya pada kehancuran. Oleh karena mencegah datangnya penyakit lebih baik dari pada mengobati penyakit.
Memelihara nilai-nilai kesehatan merupakan obat mujarab yang tiada duanya.
Oleh karena itu, pembicaraan tentang upaya preventif dalam literature keagamaan, dimulai dengan meletakkan prinsip:

                                                                        العلاج من خير الوقاية

Pencegahan lebih baik dari pada pencegahan.
Karena itu pula, dalam konteks kesehatan ditemukan sekian banyak petunjuk Alquran dan sunah Nabi Muhammad SAW yang pada dasarnya mengarah pada upaya pencegahan.
Allah berfirman :

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (QS. At-Tahrim (66) :6)
Bahkan untuk memperkuat dan mempertajam pentingnya upaya pencegahan, Alquran menggadengkan kebersihan dengan taubat, salah satu dari sifat manusia yang dicintai Allah. Allah berfirman :


Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah (2): 222)
Masih dalam konteks mengelaborasi menjaga kebersihan sebagai upaya pencegahan, wahyu kedua yang diterima Nabi Muhammad SAW adalah tentang kebersihan yang dibarengi dengan perintah menyampaikan ajaran agama dan membesarkan nama Allah. Dalam hal ini Allah berfirman:

Dan pakaianmu bersihkanlah, dan tinggalkanlah segala macam kotoran. (QS. Al-Muddatstsir (74): 4-5).

Terhadap sebuah hadis tentang kebersihan yang sangat popular, yaitu sabda Rasulullah :


 



Kebersihan adalah sebagian dari iman.
Oleh sebagian ulama, hados diatas dinilai sebagai hadis yang Dha’if (Lemah). Namun, kendati demikian, terdapat sekian banyak hadis lainyang mendukung makna tersebut, seperti sabda Rasulullah :


 




Iman terdiri dari tujuhpuluh sekian cabang, puncaknya adalah keyakinan bahwa “Tiada Tuhan Selain Allah, dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan”, (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah)
Rasulullah bersabda :


 



Perhatikanlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara, yaitu, 1) Masa hidupmu sebelum dating ajalmu. 2) Masa sehatmu sebelum datangnya sakit. 3) Masa lapangmu sebelum datangnya sempitmu. 4) Masa mudamu sebelum masa tuamu. 5) Masa kayamu sebelum datangnya miskin. (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi)
Printah menutup hidangan, mencuci tangan sebelum makan, bersikat gigi, larangan bernapas sambil minum, tidak kencing atau buang air kecil di tempat yang tidak mengalir atau dibawah pohon, adalah contoh-contoh praktis dari sekian banyak tuntunan islam dalam konteks menjaga kesehatan. Bahkan sebelum mengenal karantina, Nabi Muhammad SAW telah menetapkannya sebagai preventif penularan suatu penyakit. Beliau bersabda :


 



Apabila kalian mendengar adanya wabah di suatu daerah, janganlah mengunjungi daerah itu, tetapi apabila kalian berada di daerah itu, janganlah meninggalkannya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
b.      Mengatur Menu Makanan
Ditemukan juga bahwa perut merupakan sumber utama penyakit; al-maidat bail ad-da’ (perut itu sumber penyakit). Karena itu, ditemukan banyak sekali tuntunan (baik dalam Alquran maupun Hadis Nabi Muhammad) yang berkaitan dengan makanan, jenis maupun kadarnya.
Masih dalam konteks upaya preventif menjaga kesehatan, Alquran maupun hadis-hadis Nabi member etika dan ukuran untuk makan yang sehat. Dalam hal ini, perlu diperhatikan beberapa statmen Alquran dan hadis sebagai berikut.
Allah berfirman :

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. (QS. AlAraf (7): 31)
Rasulullah Muhammad SAW bersabda:

Tidak ada sesuatu yang dipenuhkan oleh putra-putri adam lebih buruk daripada perut. Cukuplah bagi putra Adam beberapa suap yang dapat menegakkan tubuhnya. Kalaupun harus dipenuhkan, maka sepertiga untuk makannya, sepertiga lagi untuk minumnya, dan sepertiga sisanya untuk pernapasannya. (HR. At-Tirmizdzi)
c.       Berolahraga
Untuk beramal dan beribadah dengan baik dibutuhkan adanya fisik dan mental yang sehat dan kuat. Oleh karena itu, kekauatan fisik merupakan factor utama untuk menghasilkan amal kebijakan dan amal ibadahyang lebih banyak. Dengan kata lain fisik dan mental yang lemah akan mengurangi pula produksi amal dan ibadah.
Pentingnya pembangunan kekauatan fisik dan mental ini adalah berdasarkan kenyataan sebagai sunatullah yang berlaku bagi manusia. Sejalan dengan kenyataan ini, maka di dalam Alquran terdapat printah membangun kekuatan:


 



Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi. (QS. Al-Anfa (8): 60)
Rasulullah Muhammad bersabda :

Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih di sukai oleh Allah dari pada mukmin yang lemah, sekalipun di tiap-tiap mereka ada kebaikan. Berkeinginan keraslah kepada apa-apa yang member manfaat kepadamu, mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu lemah. (HR.Muslim)
Dalam surah Ali Imron (3): 139 disugestikan jangan lemah dan berduka cita, suatu peringatan agar umat Islam menjadi umat yang kuat di segala bidang. Dalam Doa-doa yang pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad terdapat doa yang meminta agar dijauhkan dari segala kelemahan. Keterangan ini memberikan petunjuk bahwa umat Islam dan pribadi Muslim itu seharusnya menjadi kuat dan perkasa.
Selain satu cara untuk membina kekuatan fisik adalah dengan berolahraga sebagaimana yang dianjurkan oleh para dokter dan ahli-ahli kesehatan.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Ingris menyimpulkan bahwa olahraga sangat mempengaruhi suasana hati seseorang, dan pengaruh ini akan tampak sangat jelas ketika olahraga itu dilakukan pada saat perasaan benar-benar sedang mengalami kondisi yang menurun. Hal ini dilakukan sendiri oleh mereka yang melakukan penelitian itu, ternyata setelah mereka melakukan aerobic selama sekitar satu jam, bisa mengurangi ketegangan, kemarahan, dan kelelahan. Mereka menjadi fress kembali setelah berolahraga.
Penelitian yang dilakukan oleh AM Lene dari Universitas Walferhomton di wallsal dan kawasannya DJ Lovejoy mengungkapkan bahwa berbagai tipe dan intensitas olahraga berpengaruh berbeda-beda terhadap mood atau suasana hati seseorang. Kedua penelitian ini berhasil menemukan  bagaimana factor mood yang dirasakan sebelum olahraga. Mereka menduga bahwa orang yang merasa rendah, setelah melakukan olahraga akan muncul perasaan suatu keberhasilan. Kesimpulan ini didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan terhadap 80 pria dan wanita muda yang secara sukarela bersedia melakukan tes mood sebelum dan sesudah melakukan aerobic selama sekitar satu jam. Peneliti menemukan bahwa 52 sukarelawan mengalami suasana hati yang tertekan sebelum olahraga, sedangkan 28 orang lainnya tidak.
Setelah berolahraga, ternyata mereka yang manegalami depresi berangsur-angsur mengalami perubahan dan terjadi pengurangan  dalam hal marah, lelah dan tegang serta bisa lebih meningkatkan semangatnya.
Penelitian lain juga ditemukan pada olahraga lari. Berolahraga lari selain melatih raga, ternyata juga melatih otak sebuah studi baru menemukan bahwa individu yang ecara konsisten memiliki hasil tes intelektual lebih tinggi ternyata berolahraga lari.
Dr. Kusou Kubota, salah seorang peneliti dari Nihon Fukushi University Di Handa, Jeang, mengatakan bahwa manfaat olahraga lari bisa berpengaruh baik bagi kesehatan raga dan otak. Namun, perbaikan kerja otak menurun setelah orang melakukan berhenti berlatih. Oleh karena itu latihan teratur harus dilakukan agar mendapat keuntungan yang terjaga.
Kubota dan timnya, dalam kinerja mereka, meneliti tujuan orang yang berinisiatif melakukan latihan jogging setelah 30 menit, dua sampai tigakali seminggu, selama 12 minggu, setiap pelari juga melakukan  beberapa tes computer yang cukup kompleks, untuk membadingkan daya ingat sebelum dan sesudah melakukan jogging selama tiga bulan. Hasilnya, ternyata benar-benar menakjubkan. Mereka yang melakukan jogging dengan teratur, rata-rata akuan mengalami peningkatan dalam daya ingat dan kemampuan mental lainnya.
Seberapa besar olahraga berpengaruh terhadap potensi belajar juga dilaporkan oleh Jamaludin Ancok. Penelitian ini mengambil sempel anak-anak SD yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama diberi olahraga jogging, sedangkan yang lainnya tidak. Hasilnya menunjukkan bahwa anak-anak yang melakukan olahraga, prestasinya lebih baik daripada anak yang tidak melakukan olahraga.
Dari beberapa penitian diatas, jelaslah bahwa gerakan-gerakan olahraga berpengaruh positif bagi indifidu, mulai dari pengaruh peningkatan prestasi belajar seseorang hingga pengaruh positif bagi kesehatan, baik secara fisik maupun psikis.
Olahraga senantiasa dilakukan secara rutin, karena banyak yang bisa diperoleh dari aktifitas berolahraga. Sekurang-kurangnya, olahraga berfungsi berfungsi untuk mengeluarkan segala kotoran dari badan (kringat) dan membersihkan kotoran dari luar tubuh. Berolahraga secara teratur akan membangun kekuatan otot, memperlancar peredran darah dan memperbaiki jaringan syaraf serta unsure-unsur tubuh lainnya. Lebih dari itu, olahraga  bukan hanya mempersehat jasmani tetapi juga mempersehat ruhani. Didalam mutiara kata seringkali dikemukakan:

Pikiran yang sehat terdapat didalam tubuh yang sehat
Dalam hal ini dapat dilihat hadis Nabi Muhammad yang mendorong dilakukannya pndidikan olahraga, juga wasiat Umar bin Khaththab kepada orang tua atau wali agar mengajarkan hal itu kepada anak-anak mereka.
Nabi Muhammad pernah membariskan anak-anak serta mengadakan perlombaan lari. Beliau juga menyaksikan adu gulat sebelum mereka diizinkan untuk turut dalam perang Uhud. Olahraga semacam ini akan membangun jasmani anak menjadi kuat. Tubuhnya akan kuat melawan berbagai penyakit yang menyerangnya, sehingga tubuhnya akan mempunyai antibody untuk menghadapi berbagai penyakit, kecuali Allah memang berkehendak yang lain.
Dari Ibnu Umar RA, Ia berkata:

Nabi pernah memperlombakan kuda-kuda yang dikempiskan perutnya dari Hafya’ yang berkesudahan di Tsaniyatil Wada; dan pernah beliau memperlombakan kuda-kuda yang tidak dikempiskan perutnya dari Tsaniyyah hingga Masjid Bani Zuraiq. Dan adalah Ibnu Umar termasuk di antara orang-orang yang berlomba. (HR. Al-Buhari)
Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab RA, bahwa ia berkata:

Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarkan menulis, berenang, dan memanah.
Dari hadis diatas, terlihat bahwa hak anak-anak adalah untuk mendapatkan pendidikan jasmani yang secara khusus disebut olaeh Nabi Muhammad itu, menunjukkan bahwa pendidikan jasmani (olahraga) mempunyai peran tersendiri dalam kehidupan anak pada masa sekarang maupun yang akan dating, di samping juga mempunyai peran yang sangat besar dalam melahitkan rasa percaya diri anak.
Ketiga jenis olahraga ini (memanah, berenang, dan menunggang kuda), menunjukkan keseriusan Rasulullah dalam mendidik anak mengolah jasmani mereka.
Rasulullah bahkan pernah mengadakan perlombaan lari bagi anak-anak paman beliau, Abbas, serta memberikan hadiah kepada pemenangnya.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Harits bahwa ia berkata: Adalah Rasulullah membariskan Abdullah dan Ubaidullah serta putra Abbas, kemudian beliau bersabda.” Siapa yang lebih dulu sampai kepadaku, akan mendapatkan hadiah.” Lalu merekapun berlomba lari agar lebih dulu sampai kepada beliau dan akhirnya ada yang berada di pungung dan dada beliau. Beliau pun mencium mereka. Oleh karena itu, permainan (olahraga) bagi anak tidak bisa dipandang sebagai suatu yang menghabiskan waktu dengan sia-sia, tetapi harus dipandang sebagai sesuatu yang mutlak diperlukan bagi pertumbuhan anak, karena:
1.      Permainan atau olahraga yang efektif merupakan sesuatu yang mendesak bagi perytumbuhan otot-otot anak. Dengan cara ini anak akan belajar berbagai macam keterampilan.
2.      Melalui permainan atau olahraga ini anak akan belajar mengenal banyak hal tentang berbagai peralatan. Ia juga akan mengenal berbagai bentuk dan warna serta ukuran dan pakaian yang sangat berguna bagi perkembangan kesehatan jasmaninya.
3.      Melalui permainan atau olahraga, anak akan belajar bagaimana belajar bagaimana membangun hubungan hubungan social kemasyarakatan dengan orang lain dan bagaimana berinteraksi kepada mereka dengan baik. Ia juga dapat belajar bekerja sama dan bergaul dengan orang dewasa dengan cara menerima dan member.
4.      Melalui permainan atau olahraga, anak bisa belajar dasar-dasar konsep yang salah dan benar,  sebagai mana ia belajar mengenai sebagian dari timbangan-timbangan akhlak, seperti kaeadilan, kejujuran, amannah, menahan diri, serta spirit sportivitas.
5.      Melaui permainan atau olahraga, ia juga dapat mengekpresiakan potensi-potensi kreatifitas serta mengekpresikan gagasan-gagasan yang dimilikinya.
6.      Melalui permainan atau olahraga, ia juga bisa menyingkap banyak hal mengenai personalitas dan identitas jati dirinya. Juga dapat belajar berbagai persoalan dan cara mengatasinya.
7.      Melalui permainan atau olahraga, anak dapat melenyapkan ketegangan yang justru akan melahirkan berbagai keterbelengguan yang justru akan melahirkan berbagai keterbelengguan. Permainan atau olahraga menjadi salah satu sarana terbaik untuk menghilangkan rasa permusuhan.
3.      Upaya Kuratif
a.       Keharusan Berobat dalam Alqyran
Walaupun yang menyembuhkan penyakit itu Allah, tetapi apabila seseorang dalam keadaan sakit ia wajib berusaha menyembuhkannya dengan jalan berobat.
Allah Berfirman :

 
Dan apabila aku sakit (Ibrahim), Dialah (Allah) yang menyembuhkan Aku. (QS. Asy-Syura (42): 80)
Nabi Muhammad bersabda :

تداووا عباد الله فإن الله تعالى ما خلق داء إلا وقد خلق له دواء إلا السام والهرم
Berobatlah kamu wahai manusia, karena sesunguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit tanpa menurunkan obatnya, kecuali penyakit tua (pikun). (HR. Ahmad)
b.      Makna Praktik-Praktik Ritual Keagamaan
Praktik-praktik ritual keagamaan seperti puasa dan shalat, juga tradisi-tradisi keagamaan, pengarahan emosi/ spiritual, dan unsure-unsur tertentu yang disebut memiliki efek kuratif, seperti Alquran, madu, habbah sauda’, dan sebagainya, memiliki suatu simpul kesamaan bahwa efek-efek kuratif laten (interneal) penyebab penyakit seperti kekuarangan atau gangguan imunitas, Dari pada dengan factor-faktor eksternal penyakit. Karena cirri-ciri utama efek kuratif yang terkandung dalam sejumlah terapi yang diisyaratkan ajaran Islam adalah sebagai berikut.
Cirri pertama, efek kuratif terapi-terapi Islam adalah bersifat esensial dalam penyembuhan penyakit, dan tidak sekedar berfungsi analgesic (perada penyakit).
Cirri kedua, efek kuratif ini bersifat restorative tanpa memangdang kecenderungan sel. Artinya, jika jumlah sel-sel tertentu kurang dari batas normal, maka terapi ini akan bekerja meningkatkan jumlah sel tersebut. Sebaliknya, jika jumlah sel itu melebihi batas normal, maka terapi ini akan bekerja mengurangi jumlah sel tersebut.
Cirri ketiga, perubahan kualitatif yang ditimbulkan terapi ini, baik keatas maupun ke bawah, hanya akan mencapai batas normal, atau paling tidak mendekati batas normal dan tidak akan melebihi batas tersebut. Ini merupakan keistimewaan yang dimiliki oleh obat-obat herbal dan metode-metode pengobatan lainnya. Berbeda dengan halnya obat-obat kimiawi yang selalu menciptakan pengaruh satu arah dan sering melebihi batas normal jika di konsumsi secara berlebihan.
c.      Efek Kuratif Ayat-ayat Alquran
Dari kajian-kajian yang dilakukan oleh yusuf AL-Hajj Ahmad (seorang pakar dari suriah) disimpulkan bahwa mendengarkan lantunan ayat-ayat Alquran memiliki efek langsung dalam menurunkan perasaan gelisa (depresi), dan efek tidak langsung (atau langsung) dalam menguatkan system menguatkan sistem kekebalan  tubuh, yang tentu saja hal ini memberikan andil yang cukup signifikan dalam proses penyembuhan. Pengaruh Alquran dapat dirasakan dengan jalan mendengarkan untaian kata-kata dalam Alquran tanpa harus memahami maknanya sekalipun. Pengaruh ini akan semakin kuat jika disamping mendengarkan, si penderita juga bisa memahami makna ayat yang sedang Ia dengarkan.
Kajian-kajian tersebut ditemukan bahwa ada sejumlah konsepsi Alquran yang memiliki pengaruh yang signifikan dalam membantu para penderita membebaskan diri dari kekuarangan pikiran negative mereka. Tidak hanya itu, pengaruh tersebut juga tampak dalam melawan pengaruh kekebalan negative yang selalu ada di dalam penyakit-penyakit kronis.
Efek kuratif yang diahdirkan Alquran ini dapat dirasakan dengan jelas pada kekuatan pengaruhnya dalam pengaruhnya dalam mengacuh system kekebalan tubuh. Tetapi ini telah digunakan secara continue sebagai bagian dari program yang diterapkan pada para pasien, baik muslim maupun nonmuslim.
4.      Upaya Rehabilitatif
Upaya Rehabilitatif adalah upaya memperbaiki atau mengembalikan suatu kondisi dari keadaan sakit menjadi lebih sehat. Upaya rehabilitative harus senantiasa diupayakan agar tidak jatuh kepada kondisi yang lebih parah tau buruk.





Allah Berfirman :

  
bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Ar-Rad (13): 11)