MAKALAH
ILMU KESEHATAN DALAM
PERSPEKTIF ISLAM
(Guna
memenuhi tugas Bahasa Indonesia yang diampu oleh Bapak Ahmad Wahyu Hariyanto, S. Pd)
Disusun oleh : Indah Nurul Lestari
Izzatun Nisa’
Khana
Fitriya
Luthfiah
Nur Rizkiya
Nurul Bidayah,
Puji
Astutik.
Nilna
Maulidatul Wafa.
Nur
Hikmah.
Uswatun
Khasanah Fidlatur Rohmah.
Erna
Ervianti
MA MATHOLI’UL HUDA BUGEL
KEDUNG JEPARA
TP 2012/2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayahnya kepada penulis
karena bisa menyelesaikan masalah ini.
Tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata
pelajaran Bahasa Indonesia yang di ampuh oleh Bapak Ahmad Wahyu Hariyanto,
S.Pd.
Keberhasilan pembuatan makalah ini tidak terlepas dari
bantuanberbagai pihak. Maka dari itu, pada kesmpatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1.
Bapak K.H. Ahmad
Mawardi, selaku ketua yayasan matholi’ul Huda Bugel
2.
Bpak Drs.
Mashadi Fasja, selaku kepala sekolah MA Matholi’ul Huda Bugel.
3. Bapak Wahyu Hariyanto, S.Pd. Selaku guru pengampuh
Bahasa Indonesia.
Penulis
menyadari masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan
keritik dan sarannya yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman, penulis
dan phak lainnya.
Jepara,….
Februari 2013
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kesehatan
adalah keadaan pada makhluk hidup guna memfungsikan seluruh organ tubuhnya
secara harmonis. Majlis Ulama’ Indonesia ( MUI ) merumuskan kesehatan sebagai
ketahanan jasmani, rohani, dan sosial yang dimiliki sebagai karunia Allah yang
wajib disyukuri dengan mengamalkan ( tuntunannya ), memelihara dan
mengembangkannya.
Kebanyakan
saat ini orang-orang memahami ajaran-ajaran islam dari aspek ibadah ritualnya
saja, padahal disisi lain ibadah yang kita lakukan ada unsur mencegah datangnya
penyakit. Seperti solat, puasa, dan lain-lain . Kesehatan adalah sebagai
mahkota bagi kehidupan manusia yang harus dijaga. Nabi Muhammad SAW penah
mengatakan “ Mencegah datangnya penyakit lebih baik daripada mengobatinya “,
melihat dengan perkembangan zaman cara pengobatan didekatkan dengan hal yang
haram. Kita sebagai umat muslim harus berpegang teguh pada ajaran agama islam
dalam hal apapun, termasuk cara pengobatan selagi masih ada yang halal
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang ada di atas dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai
berikut : “ Bagaimana ilmu kesehatan dalam perspektif islam? “
C. Tujuan
Tujuan
pembuatan makalah ini adalah mendiskripsikan dan menjelaskan ilmu kesehatan
dalam perspektif islam.
D. Manfaat
Makalah
ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa dalam mencegah dan mengobati
penyakit dengan cara-cara yang halalsesuai dengan ajaran agama islam.
E. Sistematika
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Pembahasan
BAB III : Penutup
BAB
II
PEMBAHASAN
ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN DALAM
PERSPEKTIF ISLAM
Islam
menetapkan tujuan pokok kehadirannya adalah untuk memelihara agama, jiwa, akal,
harta dan keturunan. Lima hal ini dalam kaidah ushuliyah biasa dikenal dengan mabadiul
khomsah, atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan maqasid asy-syari’ah, atau dalam bahasa
Indonesia disebut tujuan hukum islam/syari’at.
Setidaknya
tiga dari yang disebut di atas berkaitan dengan disiplin ilmu keperawatan dan kesehatan. Tidak heran jika ditemukan
bahwa islam sangat kaya dengan tuntunan kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa aspek berikut.
1. Wahyu
pertama yang diturunkan adalah Surah Al-‘Alaq.
2. Wahyu
berikutnya adalah Surah Al-Muddatstsir yang di dalamnya diungkap tentag
kebersihan
3. Ada
dua istilah dalam literatur keagamaan yang digunakan untuk menunjuk tentang
pentingnya kesehatan dalam pandangan islam, yaitu sehat dan afiat, yang dalam
bahasa Indonesia sering menjadi kata majemuk “ sehat wal afiat “.
Dalam bahasa Indonesia,
sehat dan afiat sering menjadi kata majemuk, yakni sehat wal afiat (sehat
afiat). Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata sehat dipersamakan dengan
afiat. Afiat sendiri diartekan sehat dan kuat, sedangkan sehat antara lain
diartikan sebagai keadaan segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari
sakit).
Tentu pengertian
kebahasaan ini berbeda dengan pengertian dalam tinjauan ilmu kesehatan, yang
memperkenalkan istilah-istilah kesehatan fisik, kesehatan mental , dan
kesehatan masyarakat.
Istilah sehat dan afiat
masing-masing digunakan untuk makna yang berbeda, kendati diakui tidak jarang
hanya disebut salah satunya (secara berdiri sendiri) karena masing-masing kata
tersebut dapat mewakili makna yang dikandung oleh kata yang tidak disebut.
Pakar bahasa Al-qur’an
dapat memahami dari ungkapan “sehat wal afiat”, bahwa kata sehat berbeda dengan
kata afiat, karena wa yang berarti “dan” adalah kata penghubung yang sekaligus
menunjukkan adanya perbedaan antara yang disebut pertama (sehat) dan yang
disebut kedua (afiat). Atas dasar itu dipahami adanya perbedaan makna di antara
keduanya.
Dalam literatur
keagamaan, bahkan dalam hadis-hadis nabi SAW, ditemukan sekian banyak doa yang
mengandung permohonan afiat disamping permohonan memperoleh sehat.
Dalam hal ini
Rasulullah SAW barsabda :
اسأ
لوالله العفووالعا فية فان احدا لم يعط بعد اليقين خيرا من العا فية
Mintalah ampunan dan
keselamatan pada Allah, sebab tidaklah seorang diberi sesuatu setelah
keyakinan, yang lebih dari keselamatan. (HR.
Ahmad dan At-Tirmidzi)
Salah satu doa yang
biasa dibaca oleh beliau adalah
اني
أسا لك العفو والعا فية في دنياي وديني واهلي ومالي
Ya Allah aku memohon
kepada-Mu penjagaan dan keselamatan dalam urusan dunia dan agamaku, keluarga
dan hartaku. (HR. Al Bazzar dari Ibnu Abbas)
Dalam literatur fikih
islam, hampir dapat dipastikan bahwa semua kitab-kitab referensi fikih pasti
membahas masalah kesehatan dan kebersihan. Baik yang berkaitan dengan
kebersihan fisik maupun mental. Bahkan setiap kitab fikih hampir dapat
dipastikan selalu mengawali pembahasan bab pertamanya dengan menguraikan thaharah
(bersuci), dan yang berkaitan dengannya.
Dalam kamus bahasa
Arab, kata afiat diartikan sebagai perlindungan Allah untuk hamba-Nya dari
segala macam bencana dan tipu daya. Perlindungan itu tentunya tidak
diperolehsecara sempurna kecuali bagi mereka yang mengindahkan
petunjuk-petunjuk-Nya. Maka kata afiat dapat diartikan sebagai berfungsinya
anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaan.
Kalau sehat diartikan
sebagai keadaan baik segenap anggota badan, maka agaknya dapat dikatakan bahwa
mata yang sehat adalah mata yang dapat melihat maupun membaca tanpa menggunakan
kacamata. Tetapi mata yang afiat adalah yang dapat melihat dan membaca
objek-objekyang bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari objek-objek yang
terlarang, karena itulah fungsi yang diharapkan dari penciptaan mata.
A. PENGERTIAN
SEHAT.
Telah disinggung bahwa
dalam tinjauan ilmu kesehatan dikenal berbagai jenis kesehatan, yang diakui
oleh pakar-pakar islam. Ada beberapa rumusan tentang kesehatan, antara lain
sebagi berikut.
Menurut WHO (world Health Organization) sehat adalah kondisi manusia,
baik jasmani, ruhani ataupun akal, social dan bukan semata-mata memberantas
penyakit.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah nasional tahun 1983
merumuskan kesehatan sebagai ketahanan jasmani, ruhani, dan social yang di
miliki manusia sebagai karunia Allah yang wajib di syukuri dengan mengamalkan
(tuntunan-Nya), dan memelihara serta mengembangkanya.
Kesehatan adalah keadaan pada mahluk hidup, guna mengfungsikan seluruh
organ tubuhnyasecara harminis. Untuk manusia pengertian kesehatan dapat di
artikan kesempurnaan keadaan jasmani, ruhani, dan social.
Bab-bab pokok yang terkadang dalam syariah islam tentang kesehatan
adalah sebagai berikut.
1.
Sanitation and
personal hygiene (Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Perorangan)
Hal tersebut meliputi kebersihan badan, tangan, gigi,
kuku dan rambut. Demikian juga kebersihan lingkungan jalan, rumah, tata kota,
saluran irigasi, sumur dan tebing-tebingnya.
2.
Epidemiologi
(Preventif Penyakit Menular)
Hal tersebut dilakukan melalui karantina, pemeliharaan
kesehatan, tidak memasuki daerah yang terjangkit wabah penyakit juga tidak
keluar dari tempat tersebut, mencuci tangan sebelum menjenguk orang sakit dan
sesudahnya, berobat ke dokter dan mengikuti semua petunjuk preventif dan
terapinya.
3.
Memerangi
binatang malata, serangga, dan hewan yang menularkan penyakit. Karenanya di
perintahkan untuk membunuh tikus, kalajengking dan musang, serta membunuh serangga yang berbahaya
seperti catak, kutu, dan lalat.
4.
Nutrition (Kesehatan
Makanan)
Masalah ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai
berikut.
a.
Menu makanan
yang ber faedah terhadap kesehatan jasmani, seperti tumbuh-tumbuhan, daging
binatang darat, daging binatang laut, segala sesuatu yang di hasilkan dari
daging, madu, kurma, susu, dan semua yang bergizi.
b.
Tata Makanan.
Islam melarang yang berlebih lebihan dalam hal makanan, makan bukan karena
lapar hingga kekenyangan , diet ketika sedang sakit, diperintahkan berpuasa
agar usus dan perut besarnya dapat
beristirahat dan tidak berbuka puasa dengan berlebih lebihan atau melampaui
batas.
c.
Mengharamkan
segala sesuatu yang berbahaya bagi kesehatan, seperti bangkai, darah, dan
daging babi.
5.
Sex Hygine
(Kesehatan seks)
Hal ini meliputi hal-hal yang berhubungan dengan seks,
embrio dan pengembangannya, pendidikan seks, cara memilih istri dan program
pendidikan tentang seks yang aman. Demikian juga tentang kebersihan seks,
seperti mandi setelah bersetubuh, istinja’ (bersuci) setelah kencing dan buang
air besar, tidak menggauli istri ketika sedang haid, tidak melalukan oerzinaan,
homoseks dan onani. Diperbolehkan talak dan poligami dalam perspektif kesehatan
bagi orang yang mampu.
6.
Mental and
Psychic Hygiene (Kesehatan Mental Dan Jasmani)
Yakin ajaran-ajaran yang dapat digunakan untuk
mencegak sebab terjadinya stress. Untuk iti Islam menganjurkan Iman (percaya)
kepada Allah dan bersabar dalam menghadapi berbagai penyakit yang kritis, tidak
putus asa (bunuh diri), kehilangan kepercayaan atau zalim. Demikian juga islam
mengajarkan untuk tolong-menolong, kasih mengasihi sesame untuk meringankan
beban hidupnya. Islam melarang segala sesuatuyang dapat merusak tatanan
masyarakat seperti judu, riba, dan yang menimbulkan keributan. Islam juga
melarang segala yang dapat menghilangkan kesadaran dan intuisi seperti khamr
(minuman keras), dan sebagainya.
7.
Body bulding
(bina raga)
Islam mendorong umatnya untuk memiliki keterampilan
dan olahraga, seperti menunggang kuda, renang, memanah, gulat, dan perlombaan
dengan segala macam olahraga yang bermanfaat.
8.
Occupational
medicine (Kesehatan Kerja)
Yang dimaksud dengan Occupational medicine (kesehatan
kerja) yaitu untuk jaminan menjaga upah kerja, pertanian, atau membantu rumah
tangga, menjaga buruh dari hal-hal yang membahayakan dalam bekerja, termasuk
proses pengobatan, penyembuhan, tempat tinggal yang sehat, batas jam kerja,
uang lembur pada setiap penambahan jam kerja dan memberinya upah sebelum kering
keringatnya.
9.
Geriatis
(memelihara manula)
Geriatis merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran modern.
Kedokteran Islam sebenarnya yang pertama kali mempromosikannya. Banyak
ayat-ayat Alquran dan sunah Rasulullah agar memelihara ayah, ibu, nenek, dan
orang-orang yang telah lanjut usia, menghormati kekurangan mereka, sabar
terhadap mereka ter lebih-lebih dalam keadaan sakit. Orang pertama yang menulis
masalah ini adalahibnu sina dalam sebuah karyanya Al-Qonum di bawah subbab
Thibb Al-Musinin wa Asy-syuyukh (pemeliharaan orang-orang manula dan orang
jompo).
10. Maternal and child health (Kesehatan Ibu dan Anak)
Yang di kehendaki dengan Maternal and child health adalah pemeliharaan kesehatan ibu secara
umum, ibu yang sedfang hamil atau yang sedang menyusui anak-nya, tidak
membebaninya dengan tugas-tugas yang beratsebagai mana laki-laki, tidak member
tugas berperang di medan laga. Islam menganggap menyusui merupakan suatu
perjuangan sama halnya dengan jihad kaum pria, sedangklan mati ketika sedang
menyusui anak sama dengan orang yang mati syahid di medan pertempuran. Demi
kesehatan anak, dan untuk membagi jarak kelahiran, biasanya menyusui dilakukan
sepanjang tahun penuh.
11. Peraturan-peraturan untuk Melayani Kesehatan dan
Dispensasi Pelayanan
Islam adalah agama pertama yang memerintahkan agar
tidak menyerahkan perawatan kesehatan kecuali kepada orang yang ahli. Siapa
yang merawat kesehatan bukan kepada ahlinya maka ia disalahkan dan bertangung
jawab terhadap malpraktik yang diakibatkanya. Islam menghendaki keahlian
(professional), mendorong untuk mengutamakan ilmu medis, pengobatan, dan
dokter, serta tidak membatasi dengan doa dan mantra untuk menyembuhkan
penyakit.
B.
KARAKTERISTIK
PENGOBATAN DALAM ISLAM
Sesuai
dengan sepirit ajaran islam yang tertuang dalam Alqurandan sunnah,
karakteristik dalam islam dapat di uraikan sebagai berikut.
1.
Ketundukan
terhadap ajaran dan moralitas Islam.
2.
Keharusan
bersikap logis dan rasional dalam menjalaninya.
3.
Keharusan memahami secara komprehensif dengan
memberikan perhatian fisik, akal, dan jiwa.
4.
Keharusan
bersifat gelobal (mendunia) dalam praktik penanganannya dengan mempertimbangkan
berbagai sumber dan mengorientasikannya kemanfaatannya untuk segala lapisan
masyarakat.
5.
Keharusan
bersifat ilmiah dalam metodologinya dengan mendasarkan konklusi-konklusi
logisnya pada hasil-hasil observasi yang valid, statistic yang akurat, dan
experiment yang objektif (dapat dipertanggung jawabkan).
6.
Keharusan sifat
unik dan istimewa, dengan memberikan solusi terhadap masalah yang tidak dapat
di selesaikan dengan metode pengobatan yang lain.
C.
ALQURAN DAN
PENGARUHNYA TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN / PENJAGAAN KESEHATAN.
Allah
berfirman :
Dan
Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim
selain kerugian. (QS. Al-Isra’
(17):82)
Di srah
lain Allah berfirman :
Allah
telah menurunkan Perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu
ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang
takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu
mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa
yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada
baginya seorang pemimpinpun. (QS. Az-Zumar (39):23)
Dr. Ahmad Al-Qadhi, Direktur utama Islamic Medicine for Education and
Research yang berpusat di Amerika sekaligus konsultan ahli sebuah klinik di
Panama City, Florida Amerika Serikat telah melakukan penelitian tentang
pengaruh AlQuran pada manusia dalam perspektif fisiologi dan psikologis yang
terbagi dalam dua tahapan. Tahapan p[ertama bertujuan untuk menentukan
kemungkinan adanya pengaruh Alquran pada fungsi organ tubuh sekaligus mengukur
intensitas pengaruhnya jika ada. Hasil eksperimen pertama ini membuktikan bahwa 97% responden, baik muslim maupun non
muslim, baik yang mengerti bahasa arab maupun tidak, mengalami beberapa
perubahan fisiologis yang menunjukkan tingkat ketegangan urat syaraf reflektif.
Hasilnya membuktikan bahwa Alquran memiliki pengaruh yang mampu merelaksasi
ketegangan uraat syaraf tersebut. Fakta ini secara tepat terekam dalam system
detector elektronik yang didukung computer guna mengukur perubahan apapun dalam
fisiologi (organ) tubuh.
Dari penelitian tersebut juga di
ketahui bahwa ketegangan urat syaraf berpotensi mengurangi daya tahan tubuh
yang disebabkan tergangunya keseimbangan fungsi organ dalam tubuh untuk melawan
sakit atau membantu proses penyembuhan.
Sementar itu, eksperimen tahap kedua
di arahkan guna mengetahui apakah efek relaksasi yang ditimbulkan Alquran pada
ketegangan syaraf beserta perubahan-perubahan fisiologis yang mengiringi
benar-benar disebabkan oleh kalimat-kalimat Alquran sendiri secara definitive,
tanpa memandang apakah kalimat-kalimat itu dapat dipahami oleh pendengar atau
tidak.
Dalam metode tersebut, para
responden nonmuslim yang tidak memahami bahasa arab (nonaktive speaker)
memperdengarkan bacaan Alquran dan bacaan teks bahasa arab yang dilantunkan
dengan kesamaan instrumental dari aspek lafal, bentuk dan melodi sehingga para
responden tidak bias membedakan keduanya karena memang mereka buta sama sekali
dengan bahasa Arab. Dan ternyata hasilnya cukup positif. Eksperimen penyimakan
bacaan dalam Alquran menunjukkan hasil positif hingga 65%. Halite berarti bahwa
voltase listrik pada otot relative menurun, sehingga mengindikasikan adanya
efek relaksasi Alquran pada stress. Sementara pada bacaan bahasa arab.
Non-Alquran, pengaruh ini hanya terlihat 33% saja.
Untuk melakukan hasil ini,
pengulangan pun dilakukan pada sejumlah responden dengan melalukan perubahan
ulang urutan bacaan dengan bacaan non-Alquran, dan ternyata hasilnya tetap
positif.
Hasil penelitian Quranik yang
dilakukan oleh Dr. Ahmad Al-Qadhi dalam kajian ini menunjukkan bahwa Alquran
memiliki pengaruh positif yang cukup signifikan dalam menurunkan ketegangan
(stres), dan ia bias dicatat dan di ukur secara kuantitatif maupun kualitatif.
Pengaruh tersebut tampak dalam perubahan-perubahan yang terjadi pada arus
listrik otot, juga perubahan pada daya tangkapkulit terhadap konduksi listrik,
perubahan pada sirkulasi darah, serta perubahan pada detak jantung, kadar darah
yang mengalir pad kulit dan suhu kulit yang kesemuanya saling terkait dan
parallel dengan perubahan-perubahan aspek lain.
Semua perubahan ini menunjukkan
adanya perubahan fungsi dan kinerja system syaraf otomatik (reflektif) yang
lebih lanjut berpengaruh pada organ-organ tubuh yang lain berserta
fungsi-fungsinya. Karena itu ditemukan adanya kemungkinan-kemungkinan tak
terbatas pada pengaruh-pengaruh fisiologis yang bias dihasilkan Alquran.
Selain itu, sudah maklum adanya
bahwa stress berpotensi menurunkan imunitas (daya kekebalan) tubuh, kemungkinan
halite disebabkan oleh sekresi cortizol atau zat lain sebagai reaksi antara
system syaraf dan system kelanjar endokrin (endocrine gland). Untuk itu, bias
diambil hipotesa bahwa efek relaksasi Alquran bagi stress dapat berpotensi
mengaktifkan fungsi daya tahan tubuh yang berperan besar dalam melawan penyakit
atau membantu proses penyembuhan. Hal itu dapat terjadi pada penyakit-penyakit
ganguan pencernaan, infeksi, kangker dan lain sebagainya.
Hal demikian menunjukkan bahwakalimat-kalimat
Alqueran sendiri memiliki pengaruh fisiologis yang bisa meredakan ketegangan
otot pada tubuh, tanpa harus mengetahui makna dari kata-kata itu sendiri.
D.
UPAYA MEMPEROLEH
KESEHATAN
Banyak
sekali tuntunan agama baik dalam Alquran maupun hadist Nabi yang merujuk kepada
ketiga jenis kesehatan (kesehatan jasmani, ruhani, dan social). Upaya intuk
memperoleh kesehatan tersebut dapat di lakukan dalam bentuk upaya promotif,
preventif, kuaratif, dan rehabilitatif.
1.
Upaya Promotif
Upaya promotif dibidang kesehatan adalah upaya untuk
meningkatkan kondisi dari yang sudah baik atau sehat menjadi lebih sehat. Upaya
promotif ini tercermin dari ayat yang menjelaskan bahwa manusia dilarang
menjatuhkan diri atau merusak diri, baik jasmani maupun ruhani. Artinya manusia
wajib memelihara kesehatan dan bahkan meningkatkannya.
Allah berfirman :
Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan (QS. Al-Baqarah(2): 195)
Rasulullah
Muhammad SAW Bersabda :
Sesunguhnya
badanmu mempunyai hak atas dirimu.
(HR. Al-Bukhari)
Demikian nabi Muhammad SAW menegur sahabatnya yang
bermaksud melampaui batas beribadah, sehingga kebutuhan jasmaninya terabaikan
dan kesehatannya terganggu.
2. Upaya Preventif
a. Menjaga Kesehatan
Upaya
preventif adalah upaya mencegah atau melindungidari terjadinya penyakit.
Kesehatan
itu adalah mahkota bagi kesehatan manusia yang harus dilestarikan. Melepaskan
mahkota kesehatan berarti menjerumuskan hidupnya pada kehancuran. Oleh karena
mencegah datangnya penyakit lebih baik dari pada mengobati penyakit.
Memelihara
nilai-nilai kesehatan merupakan obat mujarab yang tiada duanya.
Oleh
karena itu, pembicaraan tentang upaya preventif dalam literature keagamaan,
dimulai dengan meletakkan prinsip:
العلاج من خير الوقاية
Pencegahan lebih baik dari pada pencegahan.
Karena
itu pula, dalam konteks kesehatan ditemukan sekian banyak petunjuk Alquran dan
sunah Nabi Muhammad SAW yang pada dasarnya mengarah pada upaya pencegahan.
Allah
berfirman :
Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (QS. At-Tahrim (66) :6)
Bahkan untuk memperkuat dan
mempertajam pentingnya upaya pencegahan, Alquran menggadengkan kebersihan
dengan taubat, salah satu dari sifat manusia yang dicintai Allah. Allah
berfirman :
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertaubat dan menyukai
orang-orang
yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah
(2): 222)
Masih dalam konteks
mengelaborasi menjaga kebersihan sebagai upaya pencegahan, wahyu kedua yang
diterima Nabi Muhammad SAW adalah tentang kebersihan yang dibarengi dengan
perintah menyampaikan ajaran agama dan membesarkan nama Allah. Dalam hal ini
Allah berfirman:
Dan
pakaianmu bersihkanlah, dan
tinggalkanlah
segala macam kotoran. (QS.
Al-Muddatstsir (74): 4-5).
Terhadap sebuah hadis
tentang kebersihan yang sangat popular, yaitu sabda Rasulullah :
Kebersihan adalah sebagian
dari iman.
Oleh sebagian ulama, hados diatas dinilai sebagai hadis yang
Dha’if (Lemah). Namun, kendati demikian, terdapat sekian banyak hadis lainyang
mendukung makna tersebut, seperti sabda Rasulullah :
Iman terdiri dari tujuhpuluh sekian cabang, puncaknya adalah keyakinan
bahwa “Tiada Tuhan Selain Allah, dan yang terendah adalah menyingkirkan
gangguan dari jalan”, (HR. Al-Bukhari
dan Muslim, dari Abu Hurairah)
Rasulullah bersabda :
Perhatikanlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara, yaitu, 1)
Masa hidupmu sebelum dating ajalmu. 2) Masa sehatmu sebelum datangnya sakit. 3)
Masa lapangmu sebelum datangnya sempitmu. 4) Masa mudamu sebelum masa tuamu. 5)
Masa kayamu sebelum datangnya miskin.
(HR. Ahmad dan Al-Baihaqi)
Printah menutup hidangan,
mencuci tangan sebelum makan, bersikat gigi, larangan bernapas sambil minum,
tidak kencing atau buang air kecil di tempat yang tidak mengalir atau dibawah
pohon, adalah contoh-contoh praktis dari sekian banyak tuntunan islam dalam
konteks menjaga kesehatan. Bahkan sebelum mengenal karantina, Nabi Muhammad SAW
telah menetapkannya sebagai preventif penularan suatu penyakit. Beliau bersabda
:
Apabila kalian mendengar adanya wabah di suatu daerah, janganlah
mengunjungi daerah itu, tetapi apabila kalian berada di daerah itu, janganlah meninggalkannya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
b.
Mengatur Menu
Makanan
Ditemukan juga bahwa perut
merupakan sumber utama penyakit; al-maidat bail ad-da’ (perut itu sumber
penyakit). Karena itu, ditemukan banyak sekali tuntunan (baik dalam Alquran
maupun Hadis Nabi Muhammad) yang berkaitan dengan makanan, jenis maupun
kadarnya.
Masih dalam konteks upaya
preventif menjaga kesehatan, Alquran maupun hadis-hadis Nabi member etika dan
ukuran untuk makan yang sehat. Dalam hal ini, perlu diperhatikan beberapa
statmen Alquran dan hadis sebagai berikut.
Allah berfirman :
Hai
anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid, Makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. (QS. AlAraf (7): 31)
Rasulullah Muhammad SAW
bersabda:
Tidak ada sesuatu yang dipenuhkan oleh putra-putri adam lebih buruk
daripada perut. Cukuplah bagi putra Adam beberapa suap yang dapat menegakkan
tubuhnya. Kalaupun harus dipenuhkan, maka sepertiga untuk makannya, sepertiga
lagi untuk minumnya, dan sepertiga sisanya untuk pernapasannya. (HR. At-Tirmizdzi)
c.
Berolahraga
Untuk beramal dan beribadah
dengan baik dibutuhkan adanya fisik dan mental yang sehat dan kuat. Oleh karena
itu, kekauatan fisik merupakan factor utama untuk menghasilkan amal kebijakan
dan amal ibadahyang lebih banyak. Dengan kata lain fisik dan mental yang lemah
akan mengurangi pula produksi amal dan ibadah.
Pentingnya pembangunan
kekauatan fisik dan mental ini adalah berdasarkan kenyataan sebagai sunatullah
yang berlaku bagi manusia. Sejalan dengan kenyataan ini, maka di dalam Alquran
terdapat printah membangun kekuatan:
Dan siapkanlah untuk
menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi. (QS. Al-Anfa (8): 60)
Rasulullah Muhammad bersabda
:
Mukmin yang kuat lebih baik
dan lebih di sukai oleh Allah dari pada mukmin yang lemah, sekalipun di
tiap-tiap mereka ada kebaikan. Berkeinginan keraslah kepada apa-apa yang member
manfaat kepadamu, mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu lemah.
(HR.Muslim)
Dalam surah Ali Imron (3):
139 disugestikan jangan lemah dan berduka cita, suatu peringatan agar umat
Islam menjadi umat yang kuat di segala bidang. Dalam Doa-doa yang pernah
diajarkan oleh Nabi Muhammad terdapat doa yang meminta agar dijauhkan dari
segala kelemahan. Keterangan ini memberikan petunjuk bahwa umat Islam dan
pribadi Muslim itu seharusnya menjadi kuat dan perkasa.
Selain satu cara untuk
membina kekuatan fisik adalah dengan berolahraga sebagaimana yang dianjurkan
oleh para dokter dan ahli-ahli kesehatan.
Sebuah penelitian yang
dilakukan di Ingris menyimpulkan bahwa olahraga sangat mempengaruhi suasana
hati seseorang, dan pengaruh ini akan tampak sangat jelas ketika olahraga itu
dilakukan pada saat perasaan benar-benar sedang mengalami kondisi yang menurun.
Hal ini dilakukan sendiri oleh mereka yang melakukan penelitian itu, ternyata
setelah mereka melakukan aerobic selama sekitar satu jam, bisa mengurangi
ketegangan, kemarahan, dan kelelahan. Mereka menjadi fress kembali setelah
berolahraga.
Penelitian yang dilakukan
oleh AM Lene dari Universitas Walferhomton di wallsal dan kawasannya DJ Lovejoy
mengungkapkan bahwa berbagai tipe dan intensitas olahraga berpengaruh
berbeda-beda terhadap mood atau suasana hati seseorang. Kedua penelitian ini
berhasil menemukan bagaimana factor mood
yang dirasakan sebelum olahraga. Mereka menduga bahwa orang yang merasa rendah,
setelah melakukan olahraga akan muncul perasaan suatu keberhasilan. Kesimpulan
ini didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan terhadap 80 pria dan wanita
muda yang secara sukarela bersedia melakukan tes mood sebelum dan sesudah
melakukan aerobic selama sekitar satu jam. Peneliti menemukan bahwa 52
sukarelawan mengalami suasana hati yang tertekan sebelum olahraga, sedangkan 28
orang lainnya tidak.
Setelah berolahraga,
ternyata mereka yang manegalami depresi berangsur-angsur mengalami perubahan
dan terjadi pengurangan dalam hal marah,
lelah dan tegang serta bisa lebih meningkatkan semangatnya.
Penelitian lain juga
ditemukan pada olahraga lari. Berolahraga lari selain melatih raga, ternyata
juga melatih otak sebuah studi baru menemukan bahwa individu yang ecara
konsisten memiliki hasil tes intelektual lebih tinggi ternyata berolahraga
lari.
Dr. Kusou Kubota, salah
seorang peneliti dari Nihon Fukushi University Di Handa, Jeang, mengatakan
bahwa manfaat olahraga lari bisa berpengaruh baik bagi kesehatan raga dan otak.
Namun, perbaikan kerja otak menurun setelah orang melakukan berhenti berlatih.
Oleh karena itu latihan teratur harus dilakukan agar mendapat keuntungan yang
terjaga.
Kubota dan timnya, dalam
kinerja mereka, meneliti tujuan orang yang berinisiatif melakukan latihan
jogging setelah 30 menit, dua sampai tigakali seminggu, selama 12 minggu,
setiap pelari juga melakukan beberapa
tes computer yang cukup kompleks, untuk membadingkan daya ingat sebelum dan
sesudah melakukan jogging selama tiga bulan. Hasilnya, ternyata benar-benar
menakjubkan. Mereka yang melakukan jogging dengan teratur, rata-rata akuan
mengalami peningkatan dalam daya ingat dan kemampuan mental lainnya.
Seberapa besar olahraga
berpengaruh terhadap potensi belajar juga dilaporkan oleh Jamaludin Ancok.
Penelitian ini mengambil sempel anak-anak SD yang dibagi menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama diberi olahraga jogging, sedangkan yang lainnya tidak.
Hasilnya menunjukkan bahwa anak-anak yang melakukan olahraga, prestasinya lebih
baik daripada anak yang tidak melakukan olahraga.
Dari beberapa penitian
diatas, jelaslah bahwa gerakan-gerakan olahraga berpengaruh positif bagi
indifidu, mulai dari pengaruh peningkatan prestasi belajar seseorang hingga
pengaruh positif bagi kesehatan, baik secara fisik maupun psikis.
Olahraga
senantiasa dilakukan secara rutin, karena banyak yang bisa diperoleh dari
aktifitas berolahraga. Sekurang-kurangnya, olahraga berfungsi berfungsi untuk
mengeluarkan segala kotoran dari badan (kringat) dan membersihkan kotoran dari
luar tubuh. Berolahraga secara teratur akan membangun kekuatan otot,
memperlancar peredran darah dan memperbaiki jaringan syaraf serta unsure-unsur
tubuh lainnya. Lebih dari itu, olahraga bukan
hanya mempersehat jasmani tetapi juga mempersehat ruhani. Didalam mutiara kata
seringkali dikemukakan:
Pikiran yang sehat terdapat didalam tubuh yang sehat
Dalam hal ini dapat dilihat
hadis Nabi Muhammad yang mendorong dilakukannya pndidikan olahraga, juga wasiat
Umar bin Khaththab kepada orang tua atau wali agar mengajarkan hal itu kepada
anak-anak mereka.
Nabi Muhammad pernah
membariskan anak-anak serta mengadakan perlombaan lari. Beliau juga menyaksikan
adu gulat sebelum mereka diizinkan untuk turut dalam perang Uhud. Olahraga
semacam ini akan membangun jasmani anak menjadi kuat. Tubuhnya akan kuat
melawan berbagai penyakit yang menyerangnya, sehingga tubuhnya akan mempunyai
antibody untuk menghadapi berbagai penyakit, kecuali Allah memang berkehendak
yang lain.
Dari Ibnu Umar RA, Ia
berkata:
Nabi pernah memperlombakan
kuda-kuda yang dikempiskan perutnya dari Hafya’ yang berkesudahan di Tsaniyatil
Wada; dan pernah beliau memperlombakan kuda-kuda yang tidak dikempiskan
perutnya dari Tsaniyyah hingga Masjid Bani Zuraiq. Dan adalah Ibnu Umar
termasuk di antara orang-orang yang berlomba. (HR. Al-Buhari)
Diriwayatkan dari Umar bin
Khaththab RA, bahwa ia berkata:
Kewajiban orang tua terhadap
anaknya adalah mengajarkan menulis, berenang, dan memanah.
Dari hadis diatas, terlihat
bahwa hak anak-anak adalah untuk mendapatkan pendidikan jasmani yang secara khusus
disebut olaeh Nabi Muhammad itu, menunjukkan bahwa pendidikan jasmani
(olahraga) mempunyai peran tersendiri dalam kehidupan anak pada masa sekarang
maupun yang akan dating, di samping juga mempunyai peran yang sangat besar
dalam melahitkan rasa percaya diri anak.
Ketiga jenis olahraga ini
(memanah, berenang, dan menunggang kuda), menunjukkan keseriusan Rasulullah
dalam mendidik anak mengolah jasmani mereka.
Rasulullah bahkan pernah
mengadakan perlombaan lari bagi anak-anak paman beliau, Abbas, serta memberikan
hadiah kepada pemenangnya.
Imam Ahmad meriwayatkan dari
Abdullah bin Harits bahwa ia berkata: Adalah Rasulullah membariskan Abdullah
dan Ubaidullah serta putra Abbas, kemudian beliau bersabda.” Siapa yang lebih
dulu sampai kepadaku, akan mendapatkan hadiah.” Lalu merekapun berlomba lari
agar lebih dulu sampai kepada beliau dan akhirnya ada yang berada di pungung
dan dada beliau. Beliau pun mencium mereka. Oleh karena itu, permainan
(olahraga) bagi anak tidak bisa dipandang sebagai suatu yang menghabiskan waktu
dengan sia-sia, tetapi harus dipandang sebagai sesuatu yang mutlak diperlukan bagi
pertumbuhan anak, karena:
1.
Permainan atau
olahraga yang efektif merupakan sesuatu yang mendesak bagi perytumbuhan
otot-otot anak. Dengan cara ini anak akan belajar berbagai macam keterampilan.
2.
Melalui
permainan atau olahraga ini anak akan belajar mengenal banyak hal tentang
berbagai peralatan. Ia juga akan mengenal berbagai bentuk dan warna serta
ukuran dan pakaian yang sangat berguna bagi perkembangan kesehatan jasmaninya.
3.
Melalui
permainan atau olahraga, anak akan belajar bagaimana belajar bagaimana membangun
hubungan hubungan social kemasyarakatan dengan orang lain dan bagaimana
berinteraksi kepada mereka dengan baik. Ia juga dapat belajar bekerja sama dan
bergaul dengan orang dewasa dengan cara menerima dan member.
4.
Melalui
permainan atau olahraga, anak bisa belajar dasar-dasar konsep yang salah dan
benar, sebagai mana ia belajar mengenai
sebagian dari timbangan-timbangan akhlak, seperti kaeadilan, kejujuran,
amannah, menahan diri, serta spirit sportivitas.
5.
Melaui permainan
atau olahraga, ia juga dapat mengekpresiakan potensi-potensi kreatifitas serta
mengekpresikan gagasan-gagasan yang dimilikinya.
6.
Melalui
permainan atau olahraga, ia juga bisa menyingkap banyak hal mengenai
personalitas dan identitas jati dirinya. Juga dapat belajar berbagai persoalan
dan cara mengatasinya.
7.
Melalui
permainan atau olahraga, anak dapat melenyapkan ketegangan yang justru akan
melahirkan berbagai keterbelengguan yang justru akan melahirkan berbagai
keterbelengguan. Permainan atau olahraga menjadi salah satu sarana terbaik untuk
menghilangkan rasa permusuhan.
3.
Upaya Kuratif
a.
Keharusan
Berobat dalam Alqyran
Walaupun yang menyembuhkan
penyakit itu Allah, tetapi apabila seseorang dalam keadaan sakit ia wajib
berusaha menyembuhkannya dengan jalan berobat.
Allah Berfirman :
Dan apabila aku sakit
(Ibrahim), Dialah (Allah) yang menyembuhkan Aku. (QS. Asy-Syura (42): 80)
Nabi Muhammad bersabda :
تداووا عباد الله فإن الله تعالى ما خلق داء إلا وقد خلق
له دواء إلا السام والهرم
Berobatlah
kamu wahai manusia, karena sesunguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit
tanpa menurunkan obatnya, kecuali penyakit tua (pikun). (HR. Ahmad)
b. Makna Praktik-Praktik Ritual Keagamaan
Praktik-praktik ritual keagamaan seperti puasa dan
shalat, juga tradisi-tradisi keagamaan, pengarahan emosi/ spiritual, dan
unsure-unsur tertentu yang disebut memiliki efek kuratif, seperti Alquran,
madu, habbah sauda’, dan sebagainya, memiliki suatu simpul kesamaan bahwa
efek-efek kuratif laten (interneal) penyebab penyakit seperti kekuarangan atau
gangguan imunitas, Dari pada dengan factor-faktor eksternal penyakit. Karena
cirri-ciri utama efek kuratif yang terkandung dalam sejumlah terapi yang
diisyaratkan ajaran Islam adalah sebagai berikut.
Cirri pertama, efek kuratif terapi-terapi Islam adalah
bersifat esensial dalam penyembuhan penyakit, dan tidak sekedar berfungsi
analgesic (perada penyakit).
Cirri kedua, efek kuratif ini bersifat restorative
tanpa memangdang kecenderungan sel. Artinya, jika jumlah sel-sel tertentu kurang
dari batas normal, maka terapi ini akan bekerja meningkatkan jumlah sel
tersebut. Sebaliknya, jika jumlah sel itu melebihi batas normal, maka terapi
ini akan bekerja mengurangi jumlah sel tersebut.
Cirri ketiga, perubahan kualitatif yang ditimbulkan terapi
ini, baik keatas maupun ke bawah, hanya akan mencapai batas normal, atau paling
tidak mendekati batas normal dan tidak akan melebihi batas tersebut. Ini
merupakan keistimewaan yang dimiliki oleh obat-obat herbal dan metode-metode
pengobatan lainnya. Berbeda dengan halnya obat-obat kimiawi yang selalu
menciptakan pengaruh satu arah dan sering melebihi batas normal jika di
konsumsi secara berlebihan.
c. Efek Kuratif Ayat-ayat Alquran
Dari kajian-kajian yang dilakukan oleh yusuf AL-Hajj
Ahmad (seorang pakar dari suriah) disimpulkan bahwa mendengarkan lantunan
ayat-ayat Alquran memiliki efek langsung dalam menurunkan perasaan gelisa
(depresi), dan efek tidak langsung (atau langsung) dalam menguatkan system
menguatkan sistem kekebalan tubuh, yang
tentu saja hal ini memberikan andil yang cukup signifikan dalam proses
penyembuhan. Pengaruh Alquran dapat dirasakan dengan jalan mendengarkan untaian
kata-kata dalam Alquran tanpa harus memahami maknanya sekalipun. Pengaruh ini
akan semakin kuat jika disamping mendengarkan, si penderita juga bisa memahami
makna ayat yang sedang Ia dengarkan.
Kajian-kajian tersebut ditemukan bahwa ada sejumlah
konsepsi Alquran yang memiliki pengaruh yang signifikan dalam membantu para
penderita membebaskan diri dari kekuarangan pikiran negative mereka. Tidak
hanya itu, pengaruh tersebut juga tampak dalam melawan pengaruh kekebalan
negative yang selalu ada di dalam penyakit-penyakit kronis.
Efek kuratif yang diahdirkan Alquran ini dapat
dirasakan dengan jelas pada kekuatan pengaruhnya dalam pengaruhnya dalam
mengacuh system kekebalan tubuh. Tetapi ini telah digunakan secara continue
sebagai bagian dari program yang diterapkan pada para pasien, baik muslim
maupun nonmuslim.
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya Rehabilitatif adalah upaya memperbaiki atau
mengembalikan suatu kondisi dari keadaan sakit menjadi lebih sehat. Upaya
rehabilitative harus senantiasa diupayakan agar tidak jatuh kepada kondisi yang
lebih parah tau buruk.
Allah Berfirman :
bagi manusia ada
malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah
tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang
ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Ar-Rad
(13): 11)